Minggu, 19 Agustus 2012

Waktunya melukis mimpi,

Aku dan kau, diantara senyum dan tawa,

gundah gulana dan muram durja,

sedih dan kesal,

Sesambil menutup mata, lalu membuka hati besar-besar: Lihatlah, lihatlah disana kita berbahagia, menari mengikuti laju matahari yang baru saja terbit.

Aku meminta sesuatu, hal sepele dan begitu sederhana: jika kau adalah matahari, aku ingin sekali membawamu, menaruhmu di langit-langit kamarku, supaya setiap kedua mataku kelak terbuka adalah kau yang pertama kulihat

Hanya satu, yaitu kau.


(Febri Fabian Soemantri)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar