Minggu, 19 Agustus 2012
Waktunya melukis mimpi,
Aku dan kau, diantara senyum dan tawa,
gundah gulana dan muram durja,
sedih dan kesal,
Sesambil menutup mata, lalu membuka hati besar-besar: Lihatlah, lihatlah disana kita berbahagia, menari mengikuti laju matahari yang baru saja terbit.
Aku meminta sesuatu, hal sepele dan begitu sederhana: jika kau adalah matahari, aku ingin sekali membawamu, menaruhmu di langit-langit kamarku, supaya setiap kedua mataku kelak terbuka adalah kau yang pertama kulihat
Hanya satu, yaitu kau.
Senin, 30 Juli 2012
aku dan kau
kita tumbuh bersama
namun berpisah pada waktu yang berbeda
engkau kembali padanya yang menciptakan jagat raya
terima kasih untuk waktu yang selama ini kita habiskan bersama
sampai jumpa, kawan
kami semua sangat menyayangi mu, amat sangat
kita tumbuh bersama
namun berpisah pada waktu yang berbeda
engkau kembali padanya yang menciptakan jagat raya
terima kasih untuk waktu yang selama ini kita habiskan bersama
sampai jumpa, kawan
kami semua sangat menyayangi mu, amat sangat
RIP MOHAMMAD GUMILAR SURYAHADI PUTRA (22/08/1989 - 31/05/2012) |
Sesungguhnya, Aku
sesungguhnya kegelapan itu bernyawa
ia memberikan buah manis ke dalam pikiran, mempermainkan mental
sesungguhnya hidup itu menghamba pada apa yang akan jadi tiada
memaksa untuk takut pada benda dan cerita
sesungguhnya kesunyian itu adalah sekumpulan nada-nada indah yang belum dirangkai
membuahkan ide yang mungkin belum pernah ada dan mungkin juga tidak akan pernah ada
sesungguhnya tinggi itu begitu rendah dan begitu juga sebaliknya
memiliki nilai yang begitu spiritual dan memberikan arti akan sebuah proses untuk menjadi suatu hal
dan sesungguhnya aku berbohong, pada diriku sendiri
Hasrat
pasir menyapu habis ombak secara perlahan
hujan yang begitu derasnya kini mulai reda
angin mulai melanjtunkan ceritanya
waktu pun terus berlalu
rasa tak menghilang, hanya saja bersembunyi
timbul rasa ragu untuk kembali mencari pasir yang disapu ombak
semakin jauh, sangat jauh
bintang mulai menunjukan cahaya nya
betapa letih nya aku berusaha mengingat kemana hilangnya pasir itu dan pergi
bahkan para nelayan yang kutemui tak mampu membantu ku
aku tak pernah menunggu hari esok akan menghampiri
aku hanya memohon pada pelangi untuk memberikan tanda bila ia akan menunjukan rupanya
bila masih ada harapan, aku kan terus berjalan
walau ku harus tertatih
ku bersimpuh padamu wahai kesunyian sirnakan segala keraguan dalam perjalanan ini
ku kan terus berjalan, Tuhan
walau satu dekap matahari akan meruntuhkan hasrat ini
aku, terus, berjalan
Rabu, 20 Juni 2012
Sebelum Waktunya, Pulang
Kala aku menyusuri waktu, tubuhku terpku sejenak
Teringat ada hasrat yang belum kuluapkan
Membelai perlahan lengkungan senyum bulan sabit
Menyalakan lagi lilin-lilin kecil
Lalu bersuara, berbisik dalam haru
Mendekap erat siang dan malam dengen jari jemari
Hujan begitu deras
Angin bertiup kencang pada porosnya
Awan terlalu malas untuk melindungi ku dari terik matahari
Namun belum sampailah aku pada hasrat diam dan duduk termenung
aku belum berbaring lemas bermalas-malasan
Aku terus berjanji pada waktu
Sebelum Ia berkata "waktunya pulang" aku terus berlari
Berlari pada tempatnya, agar sampai pada hasratku
Hasratku menuntunmu, pulang
Teringat ada hasrat yang belum kuluapkan
Membelai perlahan lengkungan senyum bulan sabit
Menyalakan lagi lilin-lilin kecil
Lalu bersuara, berbisik dalam haru
Mendekap erat siang dan malam dengen jari jemari
Hujan begitu deras
Angin bertiup kencang pada porosnya
Awan terlalu malas untuk melindungi ku dari terik matahari
Namun belum sampailah aku pada hasrat diam dan duduk termenung
aku belum berbaring lemas bermalas-malasan
Aku terus berjanji pada waktu
Sebelum Ia berkata "waktunya pulang" aku terus berlari
Berlari pada tempatnya, agar sampai pada hasratku
Hasratku menuntunmu, pulang
Langganan:
Postingan (Atom)